Selamat datang di website Majalah Atraktif ...Aktif – Kreatif dan Inovatif yang diterbitkan oleh Sekolah Dasar Islam Ma’arif Plosokerep Kota Blitar. Alamat Redaksi : Jl.Veteran Gang VI No.10 Plosokerep 66134 Kota Blitar Telp : (0342) 800518. Email Redaksi : majalahintraktif@gmail.com

Rabu, 28 Januari 2015

Majalah Atraktif :Tips Membina Hubungan Komunikasi yang Intens Guru dan Wali Murid

Komunikasi antar guru dan orang tua sangatlah berperan dalam kemajuan kualitas murid. Ada beberapa yang perlu diperhatikan:

1.    Ada baiknya Anda mengetahui nama-nama siswa dan orangtuanya dua minggu sebelum awal tahun pelajaran baru tiba. Untuk membuka komunikasi tidak ada salahnya apabila Anda mengirimkan kartu ucapan kepada masing-masing siswa atau orang tuanya. Usaha ini terbukti manjur dalam mempererat hubungan begitu para siswa masuk sekolah. Umumnya siswa akan merasa lebih dekat kepada Anda.

2.    Pada pertemuan pertama dengan para orang tua tunjukan antusiasme Anda. Beritahukan kepada mereka untuk menghubungi Anda apabila menemukan masalah pada putra-putrinya. Efek positif dari eratnya hubungan Anda dengan para orang tua adalah tumbuhnya pengertian kepada para siswa dalam bersikap.

3.    Apabila Anda menemukan suatu masalah pada salah satu siswa, usahakan untuk menghubungi orang tua siswa tersebut sedini mungkin. Mereka pada umumnya akan merasa terbantu dan akan balik mendukung Anda dalam memecahkan masalah tersebut. Berikan laporan perkembangan siswa serutin mungkin sehingga Anda dapat mendiskusikannya bersama para orang tua.

4.    Informasikan secara rutin kepada para orang tua apa yang Anda berikan di kelas. Mereka akan sangat menghargai usaha Anda dalam menjalin komunikasi bersama guna memajukan kualitas siswa. Apabila memungkinkan laporan tersebut dapat diberikan secara mingguan atau bulanan.

5.    Selain sebagai pengajar, seorang guru sebenarnya juga berperan sebagai pendukung kepentingan para siswanya. Usahakan selalu aktif dalam berbagai pertemuan sekolah sehingga dapat melihat perkembangan dan juga menyuarakan kepentingan bersama.

6.    Anda tentu saja dapat berkata 'tidak' kepada para orang tua apabila dirasa permintaan mereka tidak dapat Anda penuhi. Utarakan keberatan Anda secara sopan, diplomatis, lembut namun tegas. Berikan kepada mereka penjelasan selengkap-lengkapnya sehingga tidak timbul kesalahpahaman.
Sumber:  http://inspiringteach.blogspot.com/ membina-hubungan-orang-tua-dan-guru/ diakses pada tanggal 27012015

Selasa, 27 Januari 2015

Majalah Atraktif :Jangan Menakut-nakuti Anak

“ Awas, ya , nanti bunda kasih tahu Pak Guru kalau nggak mau bobok !”

“Nanti  mama bilangin  sama bu guru di sekolah kalau sayurnya nggak dimakan”

“Ayo cepetan nanti ada hantu!”

“Nanti ditangkap  Pak  polisi lho kalau nggak mau minum susu !”

Duhai, Pak guru, Bu guru, Hantu, Pak Polisi jangan menakut-nakuti  anak anak donk!

“Lho, lho, lho. Bukan kami yamg menakuti anak-anak. Tapi orang tua anak anak yang membuat kami menjadi menakutkan dimata anak-anak!”  kata Pak Guru, Bu Guru, Hantu dan juga Pak Polisi berbarengan.

Bila kita mampu memahami jenjang pertumbuhan akal anak, akan mudah bagi kita mengetahui kapan  kita harus bicara secara langsung kepadanya dan mengetahui memilih kata yang tepat ketika bicara dengan anak, sesuai pola pikirnya.

Anak juga memiliki batasan tertentu.  Akal dan pikiran masih dalam tahap perkembangannya.  Orang tua hendaknya mampu menyusun kalimat yang mudah dan kata-kata yang sederhana ketika berbicara. Kita juga harus mampu berinteraksi dengan anak yang selaras dengan kemampuan yang dimiliki anak.

Ayah dan bunda, sebaiknya jangan menakut-nakuti dengan tokoh yang ada disekitarnya untuk memerintah anak melakukan sesuatu.  Akan lebih baik jika ayah dan bunda menyampaikan sesuatu kepada Ananda dengan memberikan penjelasan dan alasan yang logis dan yang mudah dipahami otak anak-anaknya. Karena ini bisa mendorong pikiran anak berkembang dengan baik.

Sebaiknya gunakan bahasa-bahasa demikian:

“Yuk bobok sayang, biar nanti bangun tidur sudah segar. Jadi bisa belajar dan bermain bersama teman-teman”

“Ayo dunk sayurnya dimakan biar sehat dan jadi tambah pintar !”

“Yuk jangan terlalu lama biar setelah selesai bisa istirahat”.

“Susunya diminum, sayang…..”

Dengan cara berbicara demikian akan mampu melatih pikiran anak berkembang. Serta tokoh-tokoh seperti Pak Guru, Bu Guru, Hantu dan Pak Polisi tidak lagi menjadi kata pamungkas untuk menakut-nakuti anak. .
 
Sumber;  http://inspiringteach.blogspot.com/jangan-menakut-nakuti-anak/ diakses tanggal 27012015

Majalah Atraktif :Kiat Berhasil Guru Menangani Siswa

Kadang Anda sebagai guru direpotkan dengan seorang siswa yang berperilaku susah diatur. Mungkin berbagai macam cara sopan untuk menegur siswa tersebut sudah pernah dilakukan, tapi tidak pernah berhasil. Ada baiknya Anda memulai jalan lain untuk menyadarkannya, tanpa harus mengurangi rasa sayang kepadanya.

Jalan tersebut adalah dengan menerapkan kedisiplinan dan juga ketegasan. Namun, jangan sampai berbagai masalah yang ada melupakan profesi Anda sebagai pengajar. Misi dan penghargaan terbesar bagi seorang guru adalah mampu menumbuhkan kecintaan belajar pada setiap siswanya.

Mengajari bagaimana caranya menangkap ikan tentu lebih bermanfaat ketimbang hanya memberi ikannya saja. Begitu juga dalam pembelajaran. Sebaiknya siswa tidak hanya diberi materi pelajaran saja, namun yang terpenting adalah membangun rasa keinginan untuk selalu belajar. Siswa berhak mengetahui apa makna dan tujuan dari belajar selain untuk mendapatkan nilai yang bagus. Begitu siswa sudah menangkap makna tersebut, penyampaian materi tentu terasa akan lebih mudah dan menyenangkan.

Berikut kiat-kiat yang dapat Anda gunakan dalam memberikan materi pembelajaran kapada para siswa, termasuk yang bermasalah sekalipun :

Bersikaplah terbuka.
Tekadkan dalam hati bahwa yang akan Anda pergunakan adalah solusi saling menguntungkan (win-win solution) bukan pertempuran untuk saling mengalahkan. Perilaku murid mungkin dapat memberi Anda jalan untuk menyelesaikan masalah itu sendiri. Yakinlah kalau setiap masalah selalu ada solusinya, kecuali Anda memilih untuk menyerah.

Berpikir objektif. Hindari mempermasalahkan perbedaan sikap antara Anda dengan siswa. Ingatlah lagi kalau ini bukan medan pertempuran pribadi. Siswa harus mengetahui nilai permasalahan dan solusi tepat untuk mengatasinya.

Mau mendengar.
Apa yang dikatakan, diminta atau dibutuhkan murid? Kadang murid cenderung bersikap tertutup dengan gurunya. Ada baiknya Anda menanyai langsung mereka atau memberikan semacam kuesioner / angket.

Membangun sikap positif.
Temukan sisi baik dari setiap murid atau setidaknya segi positif yang Anda sukai. Bahkan sebenarnya dari siswa yang bermasalah sekalipun bisa diketahui adanya keberanian untuk mengambil resiko atau menjadi berbeda dengan yang lain. Terjemahkan perilaku negatif tersebut menjadi sesuatu yang bernilai positif dengan mengarahkan atau membimbing mereka untuk sesuatu yang benar.

Apa sebenarnya yang didapat siswa apabila selalu menimbulkan masalah? Ketahui konsekuensinya. Apakah mereka membutuhkan perhatian? Kalau begitu, mungkin mereka justru mengharapkan kemarahan Anda supaya mendapat perhatian lebih. Bagaimana kalau Anda mengubah perhatian tersebut menjadi sesuatu yang sehat. Caranya dengan mengarahkan atau menyalurkan potensi mereka pada berbagai kesempatan, proyek atau acara yang diminati. Mungkin saja permasalahan bersumber pada keinginan mereka untuk menjadi populer dan sukses di bidang olah raga, musik atau hobi.

Dukung sepenuhnya siswa dengan memberikan arahan supaya mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka secara positif. Dengan demikian Anda tidak saja dapat memberikan perhatian yang mereka butuhkan, namun yang terpenting memberi kesempatan bagi siswa untuk maju.

Kaji ulang pengharapan Anda.
Ada baiknya Anda mengecek ulang pengharapan dan keyakinan terhadap setiap siswa. Apakah yang Anda harapkan sebenarnya dari mereka? Bertukar pikiran dengan mengajak siswa, terutama yang bermasalah, untuk berdiskusi adalah jalan yang bijaksana. Ketahui dulu kebutuhan atau keinginan siswa yang mungkin selama ini dipendam. Musyawarah mencari jalan keluar tidak akan pernah merugikan siapa pun, bahkan bisa merubah cara pandang siswa selama ini.

Hargai siswa.
Setiap manusia ingin selalu dihargai, begitupun siswa. Ajaklah mereka bekerja sama demi kebaikan. Ini lebih baik ketimbang selalu melakukan perlawanan atau pertahanan terhadap kebutuhan siswa. Jadikan diri Anda sebagai guru pembimbing yang selalu terbuka dengan para siswanya.

Jangan segan-segan untuk memberi pujian dan perhatian apabila memang siswa telah melakukan sesuatu yang positif. Kenali semua perbuatan yang telah dilakukan siswa dan juga Anda. Pujian atau penghargaan bisa diungkapkan melalui kata, perbuatan atau cukup dengan perhatian yang mendalam.

Peliharalah terus perhatian Anda terhadap siswa. Kekuatan Anda sebagai pengajar akan hilang apabila timbul perasaan frustasi, kemarahan, benci atau dikorbankan. Dengan memperlihatkan dan mengekspresikan sikap positif kepada para siswa, secara langsung Anda telah membuat contoh teladan bagi mereka untuk bersikap sama terhadap Anda, dan juga para guru lainnya. 

Sumber:  http://inspiringteach.blogspot.com/search/label/untukguru diakses pada tanggal 27012015

Majalah Atraktif :Peran Orang Tua Mendidik Anak

Dunia pendidikan tak luput dari paradoks, yang berarti pujian semu. Kata paradoks berasal dari kata Bahasa Yunani paradoxon;  para berarti semu dan doxon atau doxa berarti pujian, kemuliaan.    Pendidikan dipuja-puji sebagai solusi terhadap masalah kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, diskriminasi, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kebohongan, dan konflik sosial. Pendidikan pun seringkali diharapkan dapat bemilai sebagai proses 'pembelajaran'sekaligus sebagai 'pemberdayaan' kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta didiknya.

Namun pada kenyataannya yang sampai kini terjadi adalah proses pendidikan di negeri ini seringkali justru menjadi sebuah beban bagi peserta didiknya selain melalui muatan-muatan kurikulumnya. Juga melalui pendekatannya yang cenderung bersifat satu arah dan mengutamakan adanya 'pemaksaan' keyakinan.

Melalui proses pendidikan seringkali peserta didik dijadikan obyek dari sebuah proses tranfer pengetahuan dengan menghafal muatan-muatan pelajaran yang sangat padat. Pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan pun lebih menempatkan guru sebagai obyek dan peserta didik sebagai obyek. Pun proses yang terjadi seringkali tidak memungkinkan adanya komunikasi dua arah yang sebenamya antara guru dan peserta didiknya.

Tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah pendidikan. Dan salah satu kunci dalam pendidikan ialah peranan orang tua. Sebenarnya kalau kita melihat keterlibatan orang tua sampai saat ini masih sangat kurang. Terutama orang tua yang di kota, yang sibuk dengan aktivitas di kantor. Sehingga terlihat sekali bahwa anak tersebut seolah-olah itu semua tanggung jawab guru.

Padahal orang tua juga harus terlibat di dalam hal itu. Karena anak tersebut tidak hanya bisa dikreatifkan selama di sekolah saja. Anak tidak akan bisa kreatif kalau tidak ada pantauan secara langsung dari orang tuanya.

Keterkaitan orang tua dalam hal ini sangat penting. Apalagi kalau dilihat dalam proses belajar mengajar. Ada pekerjaan rumah yang tidak bisa dijawab, harusnya orang tua juga kreatif mencari dari buku yang lain. Atau membimbing anak mencarikan hal- hal yang lain sehingga dia merasa bahwa orang tuanya tidak sekadar memberikan uang jajan atau menyekolahkan dia. Tetapi juga ikut meningkatkan kreativitas atau meningkatkan pendidikan.

Dengan kata lain, dalam penggunaan pendidikan maka semua pihak terlibat. Dan oleh karenanya, baik guru, siswa, maupun orang tua mesti kreatif.

Selama ini sebagian orang berpikir bahwa pendidikan itu hanya merupakan tanggung jawab sekolah. Oleh sebab itu, ketika orang tua memasukan anaknya ke sekolah, mereka seolah-olah berpikir bahwa masalah telah selesai. Padahal mereka lupa bahwa orang tua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberhasilan pendidikan itu sendiri.

Dalam Undang-Undang Nomor: 23 TAHUN 2002 tentang: Perlindungan Anak Bab IV tentang Kewajiban dan Tangung Jawab, khususnya bagian keempat tentang kewajiban dan Tanggung Jawab Keluarga dan Orang Tua, pada pasal Pasal 26 disebutkan bahwa

(l) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; dan
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Dari sini nampak bahwa negara memberi peran kepada orang tua agar sungguh -sungguh menunjukan perhatian kepada anak, termasuk dalam masalah pendidikan. Olehnya, jika orang tua mengabaikan hal tersebut, maka mereka dapat dikenakan sanksi dan hukuman sesuai peraturan yang berlaku.

Beberapa peneliti mencatat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut yakni;

(l) Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri.
(2) Meningkatkan capaian prestasi akademik,
(3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak,
(4) Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah, dan
(6) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.

Pada sisi lain, untuk mendorong keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak, maka pihak sekolah dapat menyiapkan beberapa metoda untuk dapat melibatkan orang tua pada pendidikan anak. Diantaranya dengan: acara pertemuan guru-orang tua, komunikasi tertulis guru-orang tua, meminta orang tua memeriksa dan menandatangani PR, mendukung tumbuhnya forum orang tua murid yang aktif diikuti para orang tua.

Selain itu kegiatan rumah yang melibatkan orang tua dengan anak dikombinasikan dengan kunjungan guru ke rumah. Terus membuka hubungan komunikasi (telepon, sms, e-mail, portal interaktif dll) serta dorongan agar orang tua aktif berkomunikasi dengan anak.

Selain itu, di antara teori pendidikan menyebutkan sebuah paradigma tripartite (tiga pusat pendidikan), yang menempatkan sekolah, keluarga dan masyarakat sebagai tiga elemen yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan.Dari ketiga elemen tripartite itu, keluarga merupakan fokus utama yang harus mendapat perhatian lebih, karena anak lebih banyak berada di rumah.

Pendidikan anak pada hakikatnya adalah tanggung jawab para orang tua. Oleh karena itu keterlibatan orang tua dalam mendukung sukses anak menuntut ilmu di sekolah merupakan kewajiban. Untuk menjadi pendidik yang baik, orang tua mesti menghiasi dirinya dengan keteladanan. Sebagai contoh dapat diingat semboyan; tut wuri handayani.

Peran penting orang tua adalah membangun dan menyempurnakan kepribadian dan moral anak. Untuk itu perlu sikap-sikap orang tua sebagai pendidik yang sabar, lembut, dan kasih sayang. Dengan berbuat demikian, diharapkan akan tampil anak - anak yang cerdas dan berkualitas baik secara jasmaniah maupun rohaniah.

Agar semua ideal tersebut dapat terwujud, maka peran orang tua mesti ditampilkan secara optimal. Orang tua mesti membangun kerjasama dengan pihak sekolah, demikian sebaliknya, sehingga dari kerjasama tersebut anak mendapat ruang yang cukup luas untuk mengembangkan dirinya.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang berhasil, bukan saja karena keaktifan anak sebagai peserta didik, tetapi para pendidik, sarana prasarana, dukungan pemerintah melalui kebijakan dan peraturan, maupun peran orang tua merupakan elemen-elemen yang saling menopang dan melengkapi dalam keberhasilan pendidikan itu sendiri.

Sumber:  http://inspiringteach.blogspot.com/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak diakses pada tanggal 27012015

Majalah Atraktif :Ki Hajar Dewantara, Peletak Dasar Pendidikan Indonesia




Pada masa awal-awal kemerdekaan Indonesia, situasi politik belum stabil hingga menyebabkan terjadinya perubahan pada kelembagaan pendidikan Indonesia.  Ketika terjadi agresi Belanda, Kementerian Pengajaran ditempatkan di Surakarta, pemindahan tersebut terjadi pada Januari 1946. Pada waktu itu juga nama kementerian diubah menjadi “Kementerian Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan” atau yang disingkat menjadi Kementerian PP dan K (Sjamsudin, 1993: 9).
Ki Hadjar dan Bung Karno
Sekarang tanggal kelahirannya, 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional sebagai bentuk penghormatan dari pemerintah dan masyarakat Indonesia kepada beliau yang telah begitu besar jasanya dalam meletakkan dasar pendidikan nasional.
Gagasan dan pemikiran Ki Hadjar tentang pendidikan dan kebudayaan sampai sekarang masih selalu dikaji dan dianggap relevan diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional. Salah satunya adalah prinsip Tut Wuri Handayani yang menjadi semboyan resmi dari implementasi sistem pendidikan nasional.
Riwayat Suwardi dan Taman Siswa
Nama kecilnya adalah Raden Mas Suwardi Suryaningrat dan setelah dewasa ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar adalah jenis bangsawan yang sadar dan rela untuk menjadi sama dengan manusia lainnya. Dengan begitu, sejatinya dalam sejarah pergantian namanya dari Raden menjadi Ki saja, sudah tersirat filosofi anti-feodal dan anti-penjajahannya.
Selain itu ia juga aktif di Budi Oetama pada 1908 dan mendapat tugas yang cukup menantang di biro propaganda. Di situlah ia mencoba untuk mengobarkan semangat dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesatuan dan persatuan Indonesia. Pada 25 Desember 1912 ia mendirikan Indische Partij sebagai partai politik pertama beraliran nasionalis di Indonesia bersama dr. Douwes Dekker (Danudirja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische Partij menjadi partai politik pertama berideologi nasionalis dengan tujuan tegas, yakni Indonesia merdeka.
Setelah Taman Siswa berkembang di berbagai daerah, Ki Hadjar kemudian mewakafkan seluruh perguruan Taman Siswa kepada Persatuan Taman Siswa pada 7 Agustus 1930. Perkembangan Taman Siswa yang begitu pesat dan mendapat apresiasi dari rakyat banyak tentu membuat gelisah pemerintah Hindia Belanda waktu itu. Kemudian diterbitkanlah ordonansi sekolah liar (Wilde Schoolen Ordonantie) yang melarang sekolah swasta (partikelir) beroperasi tanpa izin dari pemerintah berkuasa.
Ki Hadjar dan Taman Siswa tidak tinggal diam, perlawanan dilakukan dengan menjalankan Taman Siswa seperti biasa, tidak terpengaruh oleh ordonansi tersebut. Pamong yang ditangkap dan tidak boleh mengajar harus diganti oleh pamong lain. Semboyan “ditangkap satu tumbuh seribu” muncul. Selain itu Ki Hadjar juga mengirim surat kepada Gubernur Jenderal Belanda di Bogor yang isinya ia akan melawan ordonansi tersebut sekuat-kuatnya dan selama-lamanya dengan cara diam (Lijdelik Verset) (bandingkan dengan gerakan Ahimsa dari Mahatma Gandhi di India).
Di bawah pendudukan Jepang, pada 1943 ketika Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera), Ki Hadjar duduk sebagai salah seorang pemimpin di situ bersama Soekarno, Hatta, K.H Mas Mansyur. Setelah proklamasi kemerdekaan, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (PP dan K) Indonesia yang pertama.
Menjadi Menteri PP dan K Indonesia Pertama
Ki Hadjar Dewantara mendapat kehormatan sebagai Menteri PP dan K Republik Indonesia, yakni mulai 19 Agustus 1945 sampai 14 November 1945 (sekitar tiga bulan). Pada tahun 1945 sampai 1950 adalah masa revolusi fisik, di mana perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia dilakukan secara fisik.
`Praktis dalam waktu yang sesingkat itu tidak banyak program yang dapat dijalankan oleh Ki Hadjar ketika menjabat sebagai Menteri PP dan K. Tidak banyak cerita yang dapat digali dari masa tiga bulan tersebut. Peran besarnya justru memang tidak terlihat ketika menjadi pejabat resmi negara, melainkan dalam lingkup yang lebih luas ketika meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia.
Walaupun begitu, secara resmi sebelum menjadi Menteri PP dan K, Ki Hadjar Dewantara lah yang menjelang detik-detik proklamasi dalam “Sub Panitia Pendidikan dan Pengajaran” telah menyusun rencana pengajaran bagi Indonesia Merdeka. Rencana tersebut antara lain adalah berkaitan dengan: (1) Undang-undang kewajiban belajar; (2) Pendidikan dan pengajaran nasional bersendikan agama dan kebudayaan bangsa; (3) Perkembangan kebudayaan bangsa; (4) Pendirian sekolah-sekolah swasta yang dibiayai oleh pemerintah; (5) Susunan pelajaran pengetahuan dan kepandaian umum sesuai dengan rencana pelajaran; (6) Susunan/sistem persekolahan; (7) Ketentuan pelajaran bahasa dan kebudayaan; (8) Ketentuan tentang Pendidikan Rakyat; (9) Pendirian “Balai Bahasa Indonesia;” dan (10) Pengiriman pelajar-pelajar ke seluruh dunia.
.Pemikiran dan Karya
Ki Hadjar Dewantara jelas orang besar yang meninggalkan karya besar. Tidak hanya berupa lembaga pendidikan Perguruan Taman Siswa, namun juga gagasan-gagasan besarnya tentang pendidikan yang telah ia tuangkan dalam berbagai tulisan. Sejak muda ketika bergabung dalam suratkabar di Jakarta ia telah banyak menulis tentang pendidikan, kebudayaan dan politik.
Pada mulanya Taman Siswa adalah forum diskusi “Sarasehan Malem Selasa Kliwonan” yang diselenggarakan Ki Hadjar dan kawan-kawan di rumahnya. Dari forum itulah muncul gagasan-gagasan pendidikan. Ki Hadjar kemudian ditunjuk untuk menangani pendidikan anak dan kaum muda, sedangkan kaum dewasa ditangani oleh Ki Ageng Suryomentaram (salah seorang putra Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang juga menanggalkan gelar kebangsawanannya sama seperti Ki Hadjar). Taman Siswa di Yogyakarta kemudian memiliki banyak bagian-bagian khusus, seperti Taman Indriya (Taman Kanak-Kanak), Taman Muda (sekolah dasar), Taman Dewasa (sekolah menengah pertama), Taman Madya (sekolah menengah atas), Taman Karya Madya (sekolah menengah kejuruan), Taman Guru (sekolah pendidikan guru), dan Sarjanawiyata (perguruan tinggi).
Pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar adalah pendidikan yang nir-paksaan. Ia menyatakan bahwa istilah opvoeding atau pedagogiek sebenarnya tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa kita secara tepat. Istilah yang hampir mendekati adalah momong, among dan ngemong. Di Taman Siswa kemudian dikenal dengan sistem Among sebagai dasar pendidikannya. Caranya tidak dengan memaksa, seorang guru baru diharuskan mengintervensi kehidupan si anak ketika memang si anak tersebut salah. Dalam sistem Among inilah familiar metode Ing Ngarsa Sung Tuladha (bila berada di depan harus dapat memberi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (bila di tengah-tengah harus dapat memberi gagasan yang mendorong kemajuan), dan Tut Wuri Handayani (ketika di belakang harus dapat memberikan dukungan atau dorongan).
Referensi
Dewantara, K.H. (2004). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dewantara, K.H. (1994). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Kedua: Kebudayaan. Cetakan kedua. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Rahardjo, S. (2009). Ki Hajar Dewantara: Biografi Singkat 1889-1959. Yogyakarta: Garasi.
Sjamsudin, H. (1993). Sejarah Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional
Sumber: https://pedagogikritis.wordpress.com diakses pada tangga 27/ 01/ 2015

Majalah Atraktif :Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


Berikut beberapa cara memberi penghargaan atau pujian yang bisa dilakukan guru dalam proses belajar mengajar:


1. Pujian Verbal
Dalam bahasa Inggris banyak sekali kata-kata yang bisa kita gunakan untuk memuji siswa, seperti great job, good, awesome, amazing, well done, outstanding, superb, wonderful, dan lain-lain. Di dunia barat, memberi pujian secara verbal dan spontan adalah hal yang lumrah, biasa dilakukan oleh siapa saja, suami kepada istri, anak, saudara, kita kepada teman atau orang lain. Budaya di Indonesia memberi pujian secara verbal belum umum dilakukan karena kita tak terbiasa mengekspresikan perasaan secara langsung. Hanya sedikit kata-kata yang mewakili ekspresi perasaan, seperti luar biasa, bagus, baik, keren dan lumayan. Jadi, berilah pujian secara verbal dan langsung kepada siswa Anda sekecil apapun yang dilakukan oleh mereka. Misalnya biasakan mengucapkan terima kasih bila murid membantu membawakan buku. Ucapkan ‘usahamu bagus’ bila Anda melihat murid Anda berusaha mengerjakan soal matematika meski ia masih salah menjawabnya.


2. Poin Kelompok
Poin kelompok merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar di kelas. Bahkan dapat pula menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan kerjasama. Caranya mudah. Bentuklah kelompok kompetisi saat Anda ingin memberi pertanyaan pada siswa. Ooin bisa 1 sampai 10 atau 10 sampai 100 sesuai kebutuhan. Poin tak hanya untuk kelompok yang dapat menjawab pertanyaan, tapi dapat juga diberikan ketika Anda fokus pada managemen kelas, misalnya kelompok yang paling rajin, kompak, atau bersemangat.

3. Umumkan di Kelas 
Jika Anda ingin meningkatkan rasa bangga, martabat, atau eksistensi siswa, bacalah karya-karya siswa di depan semua murid. Berilah komentar positif dan hal-hal yang perlu ditingkatkan. Mintalah teman-temannya untuk berkomentar positif terhadap hasil karya temannya.
 
4. Menulis Komentar Positif 
Jika Anda memeriksa pekerjaan siswa, jangan hanya memberi angka. Berilah komentar positif dibukunya dengan kalimat, bukan sekadar tulisan ‘bagus’. Jeli dalam melihat kelebihan siswa akan membuat siswa merasa istimewa di mata gurunya.

5. Pemilihan Murid Berprestasi 
Pemilihan murid berprestasi tidak harus difokuskan pada nilai angka. Sebagai guru, Anda dapat menentukan kriteria bersama-sama dengan siswa di kelas untuk menetapkan pemilihan siswa berprestasi secara berkala. Kriteria bisa berdasarkan pada seringnya menunjukkan kemajuan belajar, usaha yang dilakukan, sikap, detail pekerjaan, semangat belajar dan sebagainya. Pentingnya menentukan kriteria bersama dapat berdampak positif terhadap siswa di kelas, yaitu menumbuhkan rasa saling memiliki.

6. Stiker dan Stempel 
Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja siswa dapat dilakukan dengan cara menempel stiker, mencap dengan stempel kartun, atau Anda dapat menggambar bintang di buku mereka dan memberi komentar positif. Misalnya dengan mengatakan: “Pekerjaanmu istimewa, kamu sudah menunjukkan usaha yang luar biasa. Yang perlu ditingkat adalah….” Tunjukkan bahwa murid Anda adalah istimewa.


7. Grafik Prestasi 
Buatlah satu lembar grafik berupa grid atau seperti dalam buku kotak-kotak, yang berisi nama siswa seluruh kelas. Setiap kali Anda menemukan siswa menunjukkan kemajuan, baik akademik maupun tingkah laku, maka siswa akan mewarnai satu kotak pada grafik. Berapa kotak yang harus diwarnai, terserah kebijakan Anda sebagai guru. Grafik ini dapat memudahkan guru dalam memantau perkembangan akademik dan tingkah laku siswa. Grafik ini dapat pula menumbuhkan jiwa kompetensi. Siswa yang grafiknya rendah akan terpacu untuk belajar giat.

8. Tulis Nama Siswa di Papan Tulis
Cara yang paling mudah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan membuat siswa merasa istimewa adalah dengan menuliskan namanya di papan dan menggambar bintang di sebelahnya.


Perlu diingat bahwa setiap anak di kelas butuh diterima oleh guru dan teman-temannya serta eksistensinya diakui. Manfaat lain adalah kelas Anda menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Siswa juga akan lebih fokus dan senang belajar. Materi apapun yang Anda ajarkan akan menjadi lebih variatif dan tidak membosankan. Jika setiap anak merasa istimewa diterima segala kelebihan dan kekurangannya, otomatis hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan selanjutya akan meningkatkan motivasi belajar. Strategi di atas hanyalah beberapa contoh saja. Sebagai guru, Anda harus terus mengeksplor diri.


Perlu diingat pula bahwa Anda harus melibatkan seluruh siswa dalam menentukan kriteria atau ketentuan untuk siswa yang layak mendapat penghargaan. Keterlibatan siswa dapat menumbuhkan rasa memiliki kelasnya, diterima, dan dibutuhkan. Tidak harus semua strategi tersebut dilakukan pada saat bersamaan, tetapi diskusikan dengan siswa apa yang mereka inginkan. Suksesnya pengelolaan kelas tidak hanya ditentukan oleh nilai angka yang diperoleh siswa, tetapi bagaimana siswa memahami apa yang dipelajari, dapat mengaplikasikan, dan punya motivasi belajar.

Sumber:  http://surabaya.tribunnews.com diakses 2012/07/04/8

Majalah Atraktif :10.Trik.Sukses.Belajar



10 Kiat  Sukses Belajar

Ada yang percaya bahwa kesuksesan adalah takdir.  Ada pula yang meyakini bahwa kesuksesan akan datang dengan usaha keras.  Kebanyakan, kesuksesan hadir karena adanya usaha pengembangan diri dan disiplin dalam menerapkan kebiasaan belajar yang efektif.  Nah, b erikut ini adalah 10 tips yang bisa Anda gunakan untuk mencapai kesuksesan belajar!
1.Jangan pernah menumpuk pelajaran dalam satu sesi
Siswa yang berhasil dalam belajar biasanya memiliki periode waktu atau jadwal belajar yang lebih singkat dan efektif.  Mereka tidak pernah mencoba belajar dengan "sistem kebut semalam." Jika Anda ingin menjadi siswa yang sukses, maka Anda perlu belajar dengan konsisten. Anda juga harus memiliki waktu yang teratur, meski pun sesi belajar yang lebih pendek.
2. Rencanakan waktu belajar
Siswa yang sukses memiliki jadwal belajar yang spesifik. Mereka akan menyelesaikan tugas studi mereka dan tetap konsisten dengan jadwal yang mereka tulis. Siswa yang belajar dengan cara sporadis dan main-main tidak akan mudah berhasil dibandingkan siswa yang memiliki jadwal belajar.
3. Belajar di waktu yang sama
Selain perencanaan, belajar dengan rutin juga dapat memberikan efek positif dalam diri Anda. Ketika Anda belajar pada saat yang sama setiap hari, hal itu akan menjadi kebiasaan dalam hidup Anda, sehingga secara mental dan emosional lebih siap untuk belajar dan setiap sesi belajar akan menjadi lebih produktif.
4. Belajar dengan memiliki tujuan
Belajar tanpa arah dan tujuan tidak akan pernah efektif. Anda harus tahu persis apa yang menjadi tujuan Anda dalam belajar. Sebelum belajar, tentukanlah target apa yang harus Anda capai dalam sesi tersebut. Misalnya, menghapal 30 kosakata bahasa Spanyol dalam satu sesi belajar.
5. Jangan pernah menunda waktu belajar yang sudah direncanakan
Sangat mudah bagi Anda untuk menunda sesi belajar yang sudah ditentukan. Apalagi, jika Anda kurang berminat pada pelajaran tersebut. Siswa yang ingin berhasil tidak boleh menunda waktu belajar. Jika Anda menunda jadwal bejar, seterusnya Anda akan menjadi kurang efektif dalam menerima materi pelajaran.
6. Mulailah dengan subjek yang paling sulit terlebih dahulu
Carilah subjek pelajaran tersulit dan lebih membutuhkan upaya serta energi yang besar dalam menyelesaikannya. Setelah Anda menyelesaikan tugas tersebut, Anda akan lebih mudah untuk menyelesaikan sisa tugas. Percaya atau tidak, dimulai dengan pekerjaan yang paling sulit akan sangat meningkatkan efektivitas sesi belajar dan prestasi akademis Anda.

7. Tinjaulah kembali catatan Anda
Tinjaulah segala catatan Anda di kelas terlebih dahulu. Sebelum Anda menulis segala catatan yang baru, tinjaulah hasil catatan Anda secara menyeluruh untuk memastikan bagaimana menyelesaikan tugas dengan benar.
8. Pastikan tidak ada gangguan dalam belajar
Ketika Anda terganggu saat belajar, Anda akan kehilangan dan memecahkan konsentrasi belajar. Untuk itu, sebelum Anda mulai belajar, temukanlah tempat di mana Anda tidak akan terganggu.
9. Gunakan kelompok belajar efektif
Pernahkah Anda mendengar kalimat "Dua kepala lebih baik dari satu?". Pernyataan tersebut dapat dibenarkan dalam situasi belajar. Bekerja dalam kelompok memungkinkan Anda untuk mendapatkan bantuan dari siswa lain ketika Anda kesulitan memahami konsep,  menyelesaikan tugas lebih cepat, dan membantu siswa lain dan diri Anda sendiri dalam menginternalisasi subjek materi. Namun, kelompok belajar bisa menjadi sangat tidak efektif jika mereka tidak terstruktur.
10. Tinjau kembali catatan sekolah dan bahan-bahan kelas Anda selama akhir pekan
Siswa yang berhasil meninjau kembali apa yang telah mereka kerjakan selama seminggu pada akhir pekan, akan membantu mereka untuk merumuskan jadwal selanjutnya secara lebih efektif
Sumber:  http://edukasi.kompas.com diakses Rabu, 25 Juli 2012 | 08:27 WIB

  © MAJALAH ATRAKTIF Jl. Veteran Gg VI no 10 Kota Blitar ..Telp: (0342)800518 Disain by Jatimnet Siber Media

Ke : HALAMAN UTAMA